Kisah Sumarno
Sebagai manusia normal, Mas Sumarno-nama panggilan kecilnya-ingin memiliki pendamping hidup yang baik. pria bersuku jawa ini adalah karyawan salah satu pekerjaan besar di jakarta. Ia dilahirkan dari keturunan baik-baik dan terpandang. Oleh karena itu, tentu ia tidak ingin membuat cita buruk bagi keluarga besarnya. Ia selalu menjaga cita tersebut.
Agar nilai-nilai moral yang diajarkan kedua orang tuannya tidak mudah hilang, sejak kecil ia sudah diajarkan nilai-nilai agama dan ibadah yang dapat menuntunnya, sekaligus sebagai bekal hidup di masa yang akan datang. Keluarganya sangat menyayangi Marno kecil. Apa pun kebutuhan dan keinginannya selalu terpenuhi.
Tatkala menginjak dewasa, ia mulai hidup secara mandiri. Pertama kali yang dilakukan adalah berhijrah untuk mencari pekerjaan. Mencari pekerjaan adalah tidak semudah Mas Marno bayangkan. Ia harus berjuang dengan keras dan harus memiliki kemampuan yang mumpuni. Syukurnya, ia telah memiliki skill yang ditanamkan dan diberikan oleh kedua orangtuannya sebagai bekal untuk mencari pekerjaan di kota-kota besar.
Sebgai anak yang dididik dalam lingkungan yang agamis, membuatnya selalu ingat akan perintah agama. Shalat lima waktu tidak pernah dilalaikannya. Puasa Ramadhan ia lakukan dengan penuh ketaatan. Intinya, Mas Marno selalu ingat pesan kedua orangtuannya sebelum meninggalkan kampung halaman.
"Kamu harus ingat kepada Allah di mana pun berada," demikian pesan kedua orangtuannya mengingatkan
"Iya bu, Pak. Marno akan ingat apa yang diajarkan selama ini," jawab Marno meyakinkan.
Sebulan telah berlalu, kehidupannya masih belum menemukan titik terang untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Map yang berisi surat lamaran yang selalu dibawanya ke mana-mana agar mudah memasukkan lamaran dengan cepat.
Waktu terus berlalu hingga pada akhirnya, Mas Marno mendapatkan sebuah lowongan pekerjaan yang ia baca di surat kabar nasional. Sebuah pekerjaan yang lumayan bagi pemula. Dengan penuh rasa tanggung jawab, Mas Marno bekerja dengan tekun dan rajin hingga pada akhirnya, ia memiliki jabatan dan posisi yang memuaskan.
Meski menempati posisi barunya yang tinggi, Mas Marno tidak berlaku sombong dan angkuh. Justru sebaliknya, ia merasa bersyukur atas karunia Tuhan.
"Ibu, Bapak, alhamdulillah, Marno telah bekerja pada perusahaan yang berkelas dan memiliki posisi yang baik di sana. Do'akan selalu anakmu ini," demikian penggalan surat yang dikirimkannya melalui pos kepada kedua orangtuannya.
Rupanya, semakin baik pekerjaannya, semakin meningkat amal ibadahnya, terutama shalat tahajud yang dilakukan mas marno. Hampir setiap malam, ia bangun untuk bertahajud. Ia merasa hasil semua itu adalah berkah dari yang Maha Kuasa. Tidak berlebihan jika ia menambah amal ibadah shalat sunahnya dengan melakukan shalat tahajud secara rutin sebagai rasa syukurnya kepada Allah. Jika malam telah menunjukkan pukul 02.00 dini hari, ia mulai melakukan shalat tahajud hingga pukul 04.00 menjelang subuh.
Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, Mas Marno merasakan ada yang masih kurang dalam kehidupannya. Hidup sendiri terasa sepi meski semua telah dimiliki. Ya, Mas Marno ingin segera mengakhiri masa lanjangnya.
"Sudah waktunya saya mencari pendamping hidup," ucapnya mantap dalam hati. Rupanya, keinginan tersebut ia utarakan juga kepada kedua orangtuanya agar maksud agar mendapatkan restu. Selain dengan cara berdo'a, Mas Marno juga selalu mohon di sela-sela do'a tahajudnya agar diberikan pendamping hidup yang shalilah. Seorang istri yang bisa memberikan keturunan yang baik pula. Tidak kurang dari sebulan lamanya, tiba-tiba ia diperkenalkan dengan seorang wanita yang serius dalam mencari pendamping hidup.
"Mas Marno, ini keponakanku . Jika memang serius, datanglah dilain waktu," ucap temannya itu.
"Insya Allah saya usahakan untuk bisa bersilaturahim," tawaran itu disebutknya dengan senang. Setelah mendapatkan gambaran kepribadian, sifat, dan hal-hal yang berhubungan dengan sang gadis yang akan dijadikan pendamping hidupnya, Mas Marno semakin mantap dan yakin bahwa wanita yang ia kenal benar-benar seorang wanita yang menjadi idaman dan dambaannya.
"Mudah-mudahan ini merupakan jawaban Allah SWT atas do'a yang selalu saya panjatkan. Amin," hatinya berdo'a seraya meyakinkan.
"Alhamdulillah, Engkau telah memberi seorang istri yang salihah, ya Allah," syukurnya penuh rasa puas.
Hingga sampai usia pernikahannya sekarang, yang telah berjalan delapan tahun, kehidupannya penuh kebagiaan. Sebuah rumah tangga yang banyak diidam-idamkan oleh semua pasangan. Selain istri yang salihah, Mas Marno juga diberikan keturunan yang sehat, baik akal maupun jasadnya.
Mas Marno merasa shalat tahajud adalah shalat yang dapat memberikan jalan keluar ketika acap kali menginginkan dan mengharapkan sesuatu. Baginya, hanya mengadu kepada Allah SWT. solusi yang baik dan tepat. Ia meyakini apa pun yang dianugerahkan Allah SWT. kepadanya merupakan karunia yang besar dan bernilai positif.
***
"Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-ku, Aku perkenankan permintaannya. Barang siapa yang meminta apunan kepada-Ku, Aku ampuni dia. (HR Buhari dan Muslim)